Monday, January 15, 2007

KONTEMPLASI AWAL MINGGU

Rumah tangga bisa jadi sebuah lembaga yang sungguh membahagiakan atau menyakiti dalam tahap yang ekstrem. Kalimat ini di modifikasi sehingga boleh dipadankan antara susah dan senangnya. Jika sebuah perkawinan berjalan sukses (dalam ukuran masing2) maka rumah tangga adalah surga kecil dimana semua hal bisa bermuara dan berawal dari sana. Tetapi apabila keadaannya tidak sesuai seperti yang diharapkan (lagi2 sesuai ukuran masing2), bisa menjadi neraka dunia yang tidak hanya cukup menyiksa fisik, tapi juga mental.

Lembaga ini atau apapun, membutuhkan 2 (dua) pihak (sekali lagi: d-u-a) untuk berjalan beriringan, bergandengan, tanpa boleh berat sebelah, untuk mencapai sebuah tujuan dengan persepsi yang sama. Well, mungkin terdengar mudah jika, ingat, hanya jika dipikir saja. Tanpa pemahaman dan mengetahui dengan jelas efek dan konsekuensi yang boleh didapat dari sebuah lembaga perkawinan, maka lumrah jika orang baru menyadari betapa berat konsekuensi yang diambil ketika sudah menikah, dan dengan pertimbangan ‘ketidaksanggupan’ atau ‘ketidaksesuaian’ lalu orang mencari jalan keluar sekehendaknya sendiri. Bahkan ada yang ‘baru’ menyadari keadaan ini setelah sekian lama berumah tangga, setelah lahir jiwa2 baru, bahkan setelah hampir ke masa tua.

Beberapa hari belakangan, infotainment sedang gencar2nya memberitakan Bung KH yang memilih menceraikan istri yang telah mendampinginya selama 34 tahun dan menikahi perempuan yang umurnya jauh lebih muda. Sedikit menggelitik benakku tentang pilihan yang dilakukan oleh laki-laki tipe seperti ini. Entah puber keduanya yang datang terlambat atau entah apa yang mendasari tindakannya ini. Berbicara di lingkar sebagai pemirsa, aku dan Mama memiliki pendapat yang sama bahwa laki-laki seperti itu adalah laki-laki yang tidak pantas disebut laki-laki. Tapi, di kubu lain, Papa juga memberiku sedikit pendapat bahwa tindakan itu pasti ada pemicunya. Menjadi istri harus pintar-pintar ‘menjaga’ suami. Lalu seorang pakar seks juga diwawancarai, diminta pendapatnya tentang hal ini. Sang pakar berpendapat bahwa, hal ini bisa jadi dipicu dari perilaku sang istri sendiri yang mungkin mulai kurang perhatian, kurang bisa melayani suami, atau juga memang kebosanan dalam rumah tangga. Lalu, datang lagi dipikiranku. Hei, seberat itukah tugas menjadi seorang istri? Mengapa harus disebut dengan kalimat ‘istri harus pintar menjaga suami’? Mengapa tidak keluar kalimat ‘suami istri harus pintar-pintar saling menjaga’? Bukankah istri juga berhak dijaga dengan baik oleh suaminya? Sedikit banyak, hal ini menjadi pemikiranku yang juga ternyata berkontribusi pada pikiranku untuk berani berumah tangga. Kubuka lebar-lebar pintu pikiranku untuk menampung semua informasi mengenai hal perkawinan, juga melihat hubungan macam apa yang orang tuaku miliki sampai sekarang, pengalaman2 orang terdekat, bahkan juga mengambil sari dari kejadian yang Bung KH, atau bahkan tentang poligami sekalipun.

Menurut pandanganku sendiri, sebuah ikatan perkawinan selayaknya adalah sebuah hubungan saling menghargai, saling menjaga, dengan modal yang mungkin akan disebut klise, yaitu cinta. Jaman sekarang bicara tentang cinta? Well, tidak bisa dipungkiri mungkin bicara tentang cinta akan terdengar basi. Tapi menurutku, itulah hal mendasar, hal paling sederhana yang bisa dimiliki oleh laki-laki dan perempuan dalam sebuah hubungan. Berawal dari cinta, menyadari sepenuhnya arti cinta sesungguhnya, semua hanya tinggal mengikuti. Tidak terkecuali juga untuk masalah materi. Laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang memiliki cinta pasti akan berusaha sekuat tenaga memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dan perempuan sebagai istri yang juga memiliki cinta pasti akan melakukan yang terbaik untuk mendampingi suami dalam situasi apapun. Dan jika harus dirangkum semua definisi sebuah perkawinan menurutku adalah “saling”. Ya...”SALING”. Tidak ada apapun yang dilakukan searah. Semua dilakukan dua arah. Dan aku meyakini hal itu adalah definisi sempurna buatku. Will I have that kind of marriage one day? I don’t know.

15:55 – Januari 15, 2007

No comments: