Monday, February 05, 2007

AMARAH

Hari hanya menyerupai lembaran buku yang menunggu tulisannya. Menunggu sang pemilik buku menuliskan apa yang dirasakannya sepanjang hari. Perasaan, pengalaman, mungkin juga pelajaran hidup baru lain lagi. Setiap hari adalah lembar putih yang dilalui hari ini oleh sang pemilik buku menjadi lembaran lain untuk menambah tebal buku yang dipunya.

Hari ini, cerita yang tertulis di bukuku adalah amarah yang diam-diam hidup bergerilya dengan mahir di dalam diri. Terkadang muncul. Terkadang tidak. Seperti taktik berperang seorang pahlawan yang pernah kupelajari dulu di bangku sekolah. Taktik yang sempurna untuk meruntuhkan pertahanan musuh. Dan begitulah yang terjadi. Amarah seperti bermain petak umpat, menyerangku ketika lemah, bersembunyi ketika aku merasa kuat. Tak pernah benar-benar menunjukkan batang hidungnya di depan mukaku, tak pernah sekalipun. Ia seperti mengakar, menggerogoti kekuatan diri seperti parasit, menyoraki semua hasil kerjanya memperdayaiku dengan girang, tapi tak pernah mau datang berhadapan satu lawan satu denganku. Atau mungkin juga ia terlalu pintar untuk taktik menyerang frontal seperti itu.

Hari ini, ia kembali menuai sukses dari hasil jerih payahnya. Mendobrak pertahanan diriku dengan telak. Meruntuhkan benteng terdepanku. Amarah mengambil alih pikiran dan hatiku. Dan setiap itu terjadi, aku seperti hilang kendali. Menjadi tak lagi berkuasa sepenuhnya atas diriku sendiri. Bertindak penuh amarah, menjadikan hal-hal sepele penting bagai prioritas utama, menanggapi hal-hal sederhana dengan pemikiran sulit yang akhirnya menempatkan diri dalam situasi tanpa punya kekuatan. Membiarkan amarah sepenuhnya mengontrol tindak tandukku.

Setiap hal itu terjadi, aku seperti mati. Lemah tak berdaya. Seperti berada di pojok ruangan luas, sendiri, tidak bertenaga sama sekali, dan menyaksikan aksi spektakulernya memporakporandakan benteng pertahananku. Entah kenapa aku menjadi begitu tidak berkekuatan, untuk bangun dan berdiri melawannya, atau bahkan sekedar meneriakkan protes. Tak bisa.

Selama ini kupikir aku telah membangun sebuah ‘shield’ anti runtuh yang paling mutakhir, tapi ternyata setiap hal punya kelemahan. Satu saat, ketika diri merasa kuat, optimisme, ambisi, senyum, cerita indah, adalah hal-hal yang mengisi lembar hari di buku hidupku. Merasa mampu melakukan apapun. Merasa kuat. Merasa tangguh. Amarah datang tidak pernah lama. Ia hanya datang sebentar saja. Tapi dalam beberapa jam saja kehadirannya menempatkanku pada posisi terlemah. Tak mampu melakukan perlawanan sama sekali. Dan setiap amarah datang, ada seperti bola api besar menggulung dada, menghimpit, berlomba untuk dilampiaskan, dan kadang hanya membentur dinding tinggi yang membuatnya memantul dan memberi efek sakit yang luar biasa. Aku sendiri tidak pernah bisa mengerti kenapa semua bisa terjadi begitu kontras, entah karena diri yang terlalu percaya diri, atau memang diri hanya membohongi diri. Entahlah, tapi amarah datang menguasaiku hari ini.

21:11, January 30, 2007

No comments: