Thursday, October 05, 2006

TENTANG POLIGAMI

Beberapa malam lalu ada sebuah acara talkshow di televisi yang mengangkat topik poligami sebagai bahasan utamanya. Hadir disana pelaku, pengamat, dan juga seorang wanita yang menolak dipoligami oleh sang suami sehingga lebih memilih bercerai. Sesaat aku perhatikan dengan seksama wajah wajah sang pelaku poligami, yang notabene adalah pengusaha sukses dan juga pengacara yang tidak jelas juntrungannya. Dari tayangan singkat yang sempat kuikuti sebelum kuputuskan untuk memindahkan channel karena muak mendengar penuturan mereka, aku memperoleh pandangan yang mungkin sama sekali tak pernah sedikitpun terpikirkan olehku. Sang pengusaha sukses menuturkan kalau poligami adalah hak dan kebutuhan wanita, karena sejak jaman dulu, wanita memang lebih banyak jumlahnya daripada laki laki, jadi sudah selayaknya seorang laki laki memiliki istri lebih dari satu. Lalu, datang lagi penuturannya yang membuatku ingin terus mengikuti tayangan tapi juga serta merta ingin memindahkan channel karena kesal atas penuturannya.

Lepas dari konteks aturan agama dan keyakinan apapun yang melarang atau memperbolehkan hal itu dilakukan, lalu datang sekelebat pikiran di kepalaku tentang ini (tentu saja melepaskan diri dari amarah penilaian sepihakku pada bintang tamu di acara tersebut). Bagaimana laki laki bisa membagi cinta kepada lebih dari satu orang perempuan, terlebih dengan status sebagai istri? Seorang suami seharusnya menjadi nahkoda bagi bahtera dalam mengarungi samudera hidup, menjadi penuntun jalan jika tersesat, menjadi penanggung jawab bagi keutuhan sebuah keluarga. Bagaimana semua peran itu dijalani jika membagi hati? Mencuili hati dan membaginya sama ratapun tak akan sama dengan jika diberikan utuh kepada seorang saja. Mendedikasikan semua hidup dan yang dimiliki kepada seorang labuhan hati, tambatan hati. Yang bisa menjadi teman berbagi, melewati suka duka, hujan kemarau, dalam hidup. Pembenaran menjadi tameng menurutku jika laki laki mengatakan kalau mereka bisa membagi sayangnya sama rata, perhatiannya sama banyak, menafkahinya dengan adil. Tak masuk saja pemikiran di logika dan hatiku tentang hal ini.

Pemikiran tentang ini bagaimanapun diurai menjadi penjabaran yang penuh perhitungan masuk akal, rasanya takkan dapat menembus akal sehatku. Sudah seharusnyalah seorang laki laki diciptakan untuk seorang perempuan, dan seorang perempuan diciptakan untuk seorang laki laki. Jumlah statistik yang menginformasikan kalau jumlah perempuan lebih banyak daripada laki laki pun tidak akan bisa digunakan sebagai alasan perhitungan saja. Karena banyak juga orang yang memilih untuk tidak menikah, atau ada juga perempuan yang memiliki ‘kekurangan’ (dalam apapun artinya) tetapi tidak dipilih untuk dinikahi laki laki, betapapun perempuan menginginkannya. Pernikahan bukan hanya soal statistik angka angka. Pernikahan adalah sebuah lembaga dimana laki laki dan perempuan bisa melakukan ‘saling’, dimana laki laki dan perempuan itu akan menjadi lengkap, seperti potongan puzzle, lalu menghabiskan sisa umur, hanya berdua.

It’s all I have in mind about this topic, Ri. Waiting for yours...Thanks for making me back in writing.

21:34 – October 05, 2006

No comments: