Thursday, October 05, 2006

ANAK ITIK YANG BELAJAR BERENANG

Tubuhnya masih ringkih. Bulu bulu masih sekedarnya saja menutupi tubuh yang masih berwarna merah muda. Baru saja ia menetas beberapa hari yang lalu. Berjalan dengan masih sedikit gontai. Beradaptasi dengan lingkungan baru diluar cangkang telur yang menjadi rumahnya beberapa lama. Menyesuaikan diri dengan udara yang terkadang dingin terkadang hangat. Melihat berbagai macam mahkluk hidup dengan berbagai ukuran dan sifat. Kemarin sempat ia bertanya kepada induknya mengapa semut begitu kecil dan mengapa sapi begitu besar. Mengapa kucing begitu galak dengan cakarnya dan mengapa kelinci terlihat begitu lembut. Sang induk hanya tersenyum melihat anaknya yang begitu ingin tahu dengan hal baru di sekitarnya. Ilalang tinggi adalah tempat kesukaannya. Disela selanya, ia belajar berlari dengan kaki selaputnya yang kecil. Sang induk tak pernah bosan mengajar tentang hidup barunya dengan sabar. Menjelaskan semua yang perlu ia ketahui untuk bisa bertahan hidup walaupun instingnya sendirilah yang nanti akan memandu. Tibalah hari dimana sang induk akan mengajaknya untuk belajar berenang di danau berair hijau yang tersembunyi di ujung barat tempat mereka tinggal. Sebuah danau yang menjadi sumber hidup bagi mahkluk di sekitarnya. Sang anak itik begitu bersemangat belajar hal yang baru lagi. Keriangan tak terkira menjompak mengaliri tubuh kecilnya. Terbayang di kepalanya tentang bagaimana ia akan bisa terapung dan berenang kesana kemari di atas air. Dan lengkaplah sudah ia menjadi seekor itik pikirnya lagi. Dengan semua perasaan tumpah jadi satu, anak itik berjalan mengikuti induknya. Satu dua pertanyaan menyela perjalanan singkat menembus ilalang yang tinggi. Induk itik juga hanya dengan sabar menerangkan bahwa itik pun perlu belajar berenang, karena semua hal yang paling mudah dan sederhana yang bisa dilakukan pun perlu proses belajar. Dan bertambah menyala lagi semangat anak itik, walaupun sedikit gentar menyelimutinya ketika air hijau danau sudah mulai terlihat di ujung mata.

Lihat anakku...tempat ini bernama danau”, disentuhnya sayap anak itik yang masih terpana.

Ibu, danau ini besar sekali...Aku takut kakiku tak cukup kuat mendayung di dalamnya”, jawabnya penuh ragu.

Semangat yang tadi dirasakan sedari rumah tiba tiba saja menciut.

“Anakku...kita diciptakan menjadi itik memang sudah ditakdirkan untuk bisa berenang. Tetapi, kalau engkau tidak bisa yakin pada diri sendiri, maka takdir itupun tidak akan berguna. Adalah bagaimana kita mengatasi keraguan dan berani untuk mencoba, yang bisa membuat kita perlahan yakin pada kemampuan diri sendiri...”

Sang induk mulai berenang, berputar sekali dua memperlihatkan caranya. Dan ia mendekat ke tepian mengajak anak itik untuk bergabung.

Ayo...jangan takut. Ada ibu.

Wajah itik kecil itu penuh dengan ketakutan. Ketakutan akan tenggelam, ketakutan akan binatang yang mungkin muncul dan menerkamnya dari dalam danau, ketakutan akan tidak bisanya ia mengayuhkan kaki kecilnya. Semua ketakutan datang melanda. Selangkah ia mundur. Tapi ada sesuatu di dalam dirinya juga yang ingin sekali mencoba berada di atas air, mengapung, berenang, dan bahkan menyelam sesekali. Sang ibu hanya menatapnya, memberikan kekuatan melalui cinta dari sorot matanya. Lalu perlahan, anak itik melangkah mendekati danau. Berenanglah ia.

Ibu, bagaimana jika aku ingin berbelok ke arahmu?” tanyanya sedikit ragu sedikit berani.

Coba saja lakukan apa yang menurutmu bisa dilakukan...jangan takut...

“Ibu, dapatkah aku menyelam seperti itik itu? Bisakah aku berenang ke tengah sana? Bisakah aku pergi ke pulau itu? Bisakah aku ibu?”

“Bisa, anakku. Engkau bisa lakukan semua. Engkau cuma perlu yakin pada dirimu sendiri kalau engkau mampu”

...

Akulah sang itik yang sedang belajar berenang. Mengumpulkan segenap keberanian dan keyakinan diri untuk bisa melakukan hal hal yang selama ini hanya bisa kupikirkan. Belajar tentang semua hal di dunia kerjaku sekarang, dengan harap satu saat nanti, aku bisa menjadi seperti ayahku, sang itik sejati.

Rumah, setelah sebulan berhenti menulis karena tenggelam di dunia pikiranku sendiri.
20:43 – October 05, 2006

No comments: