
Aku selalu merasa terlalu jauh darimu setiap iblis iblis itu datang menderamu. Memasung hati dan akal sehatmu dalam kungkungan rantai lembar gelap hidup yang pernah terlewati. Aku begitu tidak berdaya meraihmu, menggapaimu ke lingkup dekatku. Iblis iblis yang seperti menok bertebaran di kepala yang menyaru dalam kehidupan sehari hari, membuatmu jatuh di lubang yang sama. Betapa diri begitu merasa tidak berguna setiap kejatuhan itu mendatangi. Di kamar ini aku berdiam mengenangmu. Membayangkan dirimu sendirian bergelut dengan semua kenangan kenangan masa silam yang begitu subur hidup berparasit menggerogoti kepala. Ruangan ini juga seperti merasakan sedihmu yang berada jauh
Dan matahari pagi mulai malu malu menyapa kaca jendela kamar, membangunkanku dengan kecupan hangat sinarnya yang menerobos melalui sela sela gorden.
“Selamat pagi, pit. Semoga hari ini menyenangkan. Aku pergi kerja dulu ya…” pesan singkatmu mengawali pagiku.
Betapa indahnya jika semua tidak hanya terjadi di angan kita yang sempurna. Membayangkanmu mengecup keningku sebelum engkau pergi mengahadap rutinitas kerja. Percakapan semalam masih teringat jelas di kepalaku pagi ini. Semua itu akan menjadi tambahan dalam daftarku tentang sakit hatimu. Biar saja aku membuka tanganku lebar lebar untuk sekedar menggenggam uluran jemarimu. Biarkan sepanjang hari ini aku kembali hidup dengan kesempurnaan adamu di anganku. Ah, semua tetap juga membuatku begitu merindumu, sebelah hati…

2 comments:
rasa yang tak terpemanai. indah...
seperti warna cuaca hari, begitulah hidup terjalani, sayang...
Akankah kita membuatnya jadi catatan sejarah, pelajaran bagi masa depan keturunan???
Post a Comment