Wednesday, July 26, 2006

AKU SUKA CARAMU MEMANGGIL NAMAKU

Tiba tiba, aku ingat caramu memanggil namaku.

Dengan logat dan intonasi yang khas itu, aku selalu suka mendengarmu menyebut namaku. Nama yang engkau buat sendiri sehingga menjadi panggilanmu buatku. Seringkali aku tersenyum membayangkan air mukamu setiap engkau menuliskan namaku di pesan pesan singkatmu. Mudah sekali terbayang alis tebal dan pipi chubby itu, memenuhi isi kepalaku dengan senyummu. Entah kenapa, semua seakan menggiringku ke tempat adamu. Menjadikan setiap waktu yang terlewati hanya dengan mengingatmu.

Disini langit abu abu. Angin bulan Juli seakan bingung menentukan rasa yang dibawa. Terkadang dingin dan terkadang hangat. Dulu, ketika bollywood syndrome sedang mewabah, suasana seperti ini akan tersulap menjadi sebuah suasana merana yang begitu menyiksa. Dimana kita akan mendramatisir semua yang dirasa sehingga menjadikan rindu membelah diri menjadi ribuan. Terbagilah sanjungan atas saling mengagumi. Dan tetap saja, caramu memanggilku itu yang menjadi sebuah hal yang begitu menggenang. Diperlakukan dengan begitu istimewa oleh seseorang yang juga istimewa menjadikan diri merasa sangat tersanjung. Seperti ditempatkan di tempat tertinggi dan dijaga dengan segala daya.

***

Petang menyambutku dengan gelap yang mulai mengambil alih. Kuputuskan untuk duduk sebentar di teras, menyaksikan bintang dan bulan yang baru saja terbit dengan tubuh yang masih berpeluh. Menerawang pikirku ke jauh tempatmu berada. Sedang apa dirimu disana, sayang?

“Heii…sudah pulang, pit?”
“Sudah. Barusan senam. Capek…”
“Ihh, sekarang rajin senamnya”
“Iya, biar kurus…”

Lalu seperti biasa, topik yang melebar kesana kemari mewarnai pembicaraan kita. Mulai dari cerita hari ini, perang antar suku di Timika, rencana pertemuan, blog, Pak Devil, dan segala macam tanpa terkecuali juga membagi cerita tentang betapa merindunya kita. Beruntunglah manusia menemukan telepon genggam, pikirku sebentar. Entah dari mana semua topik itu bisa dibahas dengan gaya seperti biasa kita membahasnya sewaktu berdekatan, manjaku (katamu…), tertawaku, tertawamu, dan juga mimik wajahmu yang mudah sekali terbayang olehku. Semua mengalir begitu hebat, padahal cerita juga selalu terbagi melalui pesan pesan singkat, tetapi berbicara kepadamu memberikan sensasi yang luar biasa.

“Ngobrol aja bisa segini asiknya sama kamu, pit. Gimana kalau bisa bersamamu sampai mati…”

Ah…kalimatmu itu. Mimpikah namanya? Terkadang mimpi mimpi kita itu datang seperti godam yang menghantam hati tepat ketika sedang melambung tinggi. Mimpi itu hanya tumbuh subur di rumah indah kita dengan semua kesempurnaan yang kita miliki. Tidak apalah. Memilikimu dengan cara yang seperti ini pun mampu membuatku begitu mencintamu.

“Seandainya aku bisa rebah di dadamu sekarang …”
“Ya. Pasti nyaman ada kepalamu di dadaku sepanjang malam, dengan tangan kecilmu melingkariku…”
“Sudahlah. Tambah merana nanti kita kalau berandai andai terus…Jangan tidur terlalu malam, sayang”
“Iya, fei… Mimpi indah ya…Aku kangen”

Aku suka caramu memanggil namaku…

10:00July 26, 2006

2 comments:

Anonymous said...

aku suka caramu menuliskan cara dia memanggil namamu

Anonymous said...

hey...alasan rajin senam, biar lincah titik titik kok gak di record...? :D

I love the way you treat me, sweetheart...