Monday, July 31, 2006

OVER THE WEEKEND

“Hampir setiap pagi gerimis datang disini. Tanahnya basah, dan cuacanya tidak menentu. Hati merasa terpencil menyendiri, jauh. Kenangan buruk datang sesukanya, dia datang mengisi kehampaan udara menjadi penuh dengan bisik, gambar, bau dan rasa penyiksaan perasaan. Ribuan iblis berpesta di kepala tiap saat. Aku letih, sayang”

Hhfff, setan setan itu hidup di otak, darah, dan juga dagingmu. Mengaliri setiap nafas dengan semua kenangan masa silam yang begitu menyiksa. Selalu mudah kurasa setiap rasa yang datang menghampirimu disana. Membuatku juga merasa begitu sedih, tak berdaya, dan terlalu jauh darimu. Yang bisa kulakukan hanyalah menjaga akal sehatmu tetap hidup walaupun dengan susah payah. Entah bagaimana lagi caraku merengkuhmu dekat bila mereka menyiksamu begitu hebat. Aku hanya bisa menyaksikan kesakitanmu dengan setiap sabetan cambuk kenangan buruk itu mengenai dirimu. Harus apa lagi di buat untuk dapat melewati ini semua dengan rasa yang begini perihnya. Bertahan saja. Aku hanya akan berdiri disini, menggenggam tanganmu. Menguatkanmu sedikit dengan hadirku. Menyiram sedikit embun dengan pelukku. Engkau bukannya lemah, engkau bukannya takut, engkau hanya terlalu baik. Sehingga menelan semuanya sendiri. Menanggung beban yang diletakkan di punggungmu yang terluka bertubi tubi.

Seperti membentur dinding tinggi berulang ulang, dengan labirin yang tidak mempunyai jalan keluar, dan dengan berjuta kejutan buruk yang mengurung. Hidup sepertinya memperlakukanmu begitu buruk. Membunuh semua harapan indahmu dengan keji. Ah, diri, betapa aku merasa begitu tidak berdaya saat ini. Menyuruhmu untuk bertahan pun sepertinya bukan tindakan yang benar. Memintamu untuk mengalah saja pun juga tidak mungkin. Begitu sulit situasi ini. Seringkali pilihan pilihan datang menyambangiku, sekedar membantumu berpikir mencari sedikit titik terang dari semua kegelapan ini. Tapi egoisku begitu besar. Berharap bahwa engkau juga harus mengikuti egomu yang kutahu pasti juga tidak dapat engkau lakukan.

Ruangan ini sepi. Seperti dua minggu yang terlewati. Menangis sendiri juga tidak menolong. Aku bingung. Apalagi engkau disana. Andai saja aku bisa menjadi tempatmu mengabdikan diri, menghargai semua yang engkau lakukan setinggi tingginya. Andai saja aku mampu pergi dari hidup rayaku dan memilihmu sampai sisa umur. Tapi tatanan itu begitu kuat mengikat. Entah beranikah aku, sanggupkah aku, dan bisakah aku? Ah, kenapa semua begitu terlambat datang? Seperti yang engkau bilang:

“Aku sendiri suka heran, kenapa fei mau sebaik ini. Bukankah menurut pakem, tahap excited itu seharusnya sudah berganti dengan phase lain? Tapi aku nggak berhenti excited. Aku tahu karena fei memahamiku dengan sangat baik, seperti bisa mengeja langkah pikiranku dalam banyak sekali hal. Kalau saja ini nyata, aku nggak butuh apa apa lagi di dunia…”

Aku hanya tahu merasa. Entah apa jawabnya jika pertanyaan itu engkau ajukan padaku. Tidak pernah kutemukan alasan yang tepat melakukan ini semua. Aku hanya merasa lengkap dengan mencintaimu biarpun dengan cara seperti ini. Semua perlakukanmu yang membuatku bisa melakukan ini semua. Menjadi seseorang yang menghuni relung hati, dengan segala cerita dan kendala. Hm, if only I could take you away from this never ending nightmare of yours, my prince…If only…

18:05 – July 31, 2006

No comments: