
“Lagi apa, pit?” suara itu seperti dekat sekali di telinga kurasa.
“Hujan disini, ndut. Bikin kangen kamu…”
“Kamu tau nggak? Disini juga hujan, sayang. Kamu pasti sedang berlutut di tempat biasa“
“Iya. Tapi sendirian.”
“Ei, jangan sedih, sayang. Hm, pasti indah kalau kamu ada disampingku sekarang. Bisa terlihat pohon pohon raksasa dari sini. Di taman kita cuma lihat rumput dan pohon melati ya? Pohon pohon itu terlihat lebih indah saat hujan seperti ini”
Aku terdiam. Rasanya kangen ini begitu sakit mendera. Atau indah namanya? Ah, aku bingung. Hujan selalu saja membawa kenangan bermacam macam datang pada saat bersamaan. Kenangan ketika kita pernah sengaja bermandi hujan berdua di tengah perjalanan, membiarkan tubuh kita kuyup dan kedinginan. Kenangan ketika kita berteduh berdua di bawah halte bis ketika tubuh menggigil. Kenangan ketika tubuh kita bertambah kotor karena cipratan genangan air dari mobil yang melintas. Semua menjadi satu berkutat dikepalaku. Banyak sekali hujan mewarnai cerita kita.
Lalu di luar jendela, hujan telah menjadi titik titik saja dan langit mulai sedikit terang. Beberapa orang kulihat melintas tergesa. Masih saja aku enggan beranjak dari berlututku. Ingin sekali rasa hati memiliki sayap untuk bisa terbang ke tempatmu sekarang. Mengejutkanmu dengan hadirku di depan pintu kamarmu. Bisakah?

No comments:
Post a Comment