Luka hati yang begitu parah, bisa membuat manusia lembut menjadi cacat emosi bahkan cacat jiwa. Bila seseorang memilih untuk mengklamufase dan menutupi lukanya, bisa jadi ia seperti zombie, yang hanya tahu menjalani rutinitas tanpa hati. Sulit bagi seseorang dengan luka ini untuk kembali menyatukan hati, menyembuhkan diri, atau berusaha untuk mengkompromi rasa yang dirasa.
Mungkin reaksi luka akan bermacam-macam ditimbulkan tergantung dengan karakter pribadi masing-masing. Ada yang bisa dengan mudah bangkit dan tidak mau mengingat-ingat kesakitannya, tapi ada yang memang sulit untuk bangkit karena memang terlalu berat dan parah sakit yang di derita. Butuh banyak sekali nyali untuk bisa kembali mengangkatnya dari jurang gelap. Nyali yang dimaksud adalah kasih tulus yang tak boleh putus, kerelaan untuk berada di jurang gelap jika tiba-tiba sakit itu kembali, dan memelihara apa yang diberikan dengan sepenuh hati. Mungkin terdengar rumit. Tapi pada dasarnya, setiap manusia hanya ingin diperlakukan seimbang. Selayaknya memberi, selayaknya menerima. Tahu menghargai, dan bisa menghargai.
Rasanya kebutuhan itu adalah pondasi bagi jiwa. Tak ada satu hal pun yang bisa menandingi rasa ketika kita diperlakukan seimbang oleh orang yang kita perlakukan dengan seimbang juga. Dengan kata lain, mungkin juga boleh disebut saling menjaga, dengan tulus, dari hati. As simple as that.
Semoga setiap orang bisa menemukan orang yang dimaksud. Yang tak pernah berubah walau dimakan waktu, dimakan jaman, dimakan situasi.
Semoga saja.
16:30 – September 18, 2007
1 comment:
speechless...
hanya tangis yang tersimpan diam, sediam jerit kesakitan dan juga makian kemurkaan...
Post a Comment