Friday, September 01, 2006

TAMAN RAHASIA

Tak pernah dinyana bahwa semua akan menjadi seperti sekarang. Memiliki sebuah taman indah rahasia tempat kita berteduh ketika panas dunia menyengat, atau ketika kita merasa terlalu letih dibebani dengan hidup nyata. Sebuah janji yang hanya hati yang tahu tanpa tertulis dalam tulisan dan terucap dari mulut. Cuma hati yang tahu apa yang dimiliki. Tidak pernah menuntut secara nyata tentang bagaimana harus bersikap dan mengakui taman itu dengan sebuah status kepemilikan. Tapi sang pemilik taman hati tahu saja bagaimana harus bersikap untuk menjaga dan menjalankan ‘kewajiban’ sebagai bentuk komitmen yang tanpa nama itu. Tuntunannya, cuma hati. Dengan sedikit peran aktif logika sebagai pengawal langkah, menikmati keberadaan taman rahasia itu sebagai ‘safe heaven’. Tempat semua kepenatan bermuara, tempat semua kebahagiaan hati terpenuhi.

Menyadari semua yang dimiliki hanya ‘rahasia’, sang hati pun tak pernah berpikir untuk membuat apa yang dimiliki menjadi ‘tidak rahasia’. Keterikatan keterikatan atas aturan dunia tentu tidak sesuai untuk diterapkan. Justru taman rahasia itu ada karena kesukarelaan hati, dimana yang ada hanyalah aturan hati. Dimana memang diperlukan dua hati dengan keinginan dan misi yang sama, yaitu menjaga kelangsungan hidup taman itu sendiri. Memupuknya dengan cinta, menyiramnya dengan percaya, dan menjaganya dengan segenap rasa. Sang hati yang terkadang goyah oleh terpaan iblis yang terpenjara dalam pikiran, mengacak acak semua kemapanan hati kadang kala. Ketika itulah taman rahasia menjadi penawar atas semua kekacauan pikiran. Menetralisir semua yang berantakan dengan teduh udara di bawah pohon pemujaan yang tumbuh rimbun di taman.

Menjaga hati sama dengan memberikan asupan gizi bagi jiwa. Menentramkan bathin dengan semua kebahagiaan yang murni. Tak menjadi beban bagi hidup nyata yang terkungkung dengan banyak aturan sosial. Rasa yang dirasa pun tulus tanpa harap pamrih dan balas, dilewati saja semua dengan penerimaan yang apa adanya. Menyadari sepenuhnya semua karena memang semua dilakukan dengan modal hati saja. Lalu, kita hanya tahu merasa, hanya tahu menjalani yang ada, dengan kedewasaan sebuah hubungan. Sekali dua juga melintas untuk membawa semua ke dunia nyata, tapi apakah semua masih akan terasa begini indah jika sudah berbaur dalam komunitas sosial. Kita mungkin tidak akan pernah tahu jika memang tidak mencoba melakukannya, dan sementara itu, aku hanya begitu menikmati apa yang dimiliki sekarang, di taman rahasiaku, di dunia tak bertuanku.

12:50 – September 1, 2006

No comments: