
Menyadari semua yang dimiliki hanya ‘rahasia’, sang hati pun tak pernah berpikir untuk membuat apa yang dimiliki menjadi ‘tidak rahasia’. Keterikatan keterikatan atas aturan dunia tentu tidak sesuai untuk diterapkan. Justru taman rahasia itu ada karena kesukarelaan hati, dimana yang ada hanyalah aturan hati. Dimana memang diperlukan dua hati dengan keinginan dan misi yang sama, yaitu menjaga kelangsungan hidup taman itu sendiri. Memupuknya dengan cinta, menyiramnya dengan percaya, dan menjaganya dengan segenap rasa. Sang hati yang terkadang goyah oleh terpaan iblis yang terpenjara dalam pikiran, mengacak acak semua kemapanan hati kadang kala. Ketika itulah taman rahasia menjadi penawar atas semua kekacauan pikiran. Menetralisir semua yang berantakan dengan teduh udara di bawah pohon pemujaan yang tumbuh rimbun di taman.
Menjaga hati sama dengan memberikan asupan gizi bagi jiwa. Menentramkan bathin dengan semua kebahagiaan yang murni. Tak menjadi beban bagi hidup nyata yang terkungkung dengan banyak aturan sosial. Rasa yang dirasa pun tulus tanpa harap pamrih dan balas, dilewati saja semua dengan penerimaan yang apa adanya. Menyadari sepenuhnya semua karena memang semua dilakukan dengan modal hati saja. Lalu, kita hanya tahu merasa, hanya tahu menjalani yang ada, dengan kedewasaan sebuah hubungan. Sekali dua juga melintas untuk membawa semua ke dunia nyata, tapi apakah semua masih akan terasa begini indah jika sudah berbaur dalam komunitas sosial. Kita mungkin tidak akan pernah tahu jika memang tidak mencoba melakukannya, dan sementara itu, aku hanya begitu menikmati apa yang dimiliki sekarang, di taman rahasiaku, di dunia tak bertuanku.
12:50 – September 1, 2006

No comments:
Post a Comment