Ya...seperti matahari. Yang setiap pagi membawa terang bagi bumiku, yang mengusung sinar bagi kehidupan di taman hatiku. Yang selalu setia pada hari, terbit memunculkan diri di ufuk timur, dan bersauh ke sudut barat. Yang tidak pernah ingkar, walaupun awan tebal menutupi pandangan. Yang tak pernah letih ketika harus memberikan hangat bagi jiwa jiwa yang terkurung dalam beku.
Matahariku tak gentar hadapi badai. Matahariku tak takut lewati bencana. Matahariku kuat lewati masa. Matahariku selalu tahu membuatku nyaman di dalam lingkupnya. Matahariku hanya tahu memberi, tak pernah lebih diharap agar diperoleh ucap terima kasih. Tetapi...
Matahariku juga terbenam. Mengalah pada bulan. Bergilir menjaga kelangsungan putaran bumi. Dibalik kegagahanya, matahariku juga punya rasa. Sesekali ketika bulan yang bertahta merajai bumi, matahariku pulang ke ‘rumah’...sebuah tempat dimana ia bisa beristirahat, memulihkan kekuatannya. Matahariku sesekali juga bisa menangis. Tak apa. Matahariku bisa juga marah dan murka. Tapi itupun juga tak masalah.
Hampir seluruh umur tamanku hidup, matahari tak pernah lekang menjaga. Menetapkan diri sebagai sang indah atas kelangsungan hidup di tamanku. Matahariku tak pernah lupa mengunjungi sudut sudut yang paling tersembunyipun, membagi semua yang dipunya dengan segenap yang dimiliki. Sekali dua, matahari hanya bisa meredup, tidak mengurangi jatah sinarnya, cuma meredup. Biarpun begitu, aku tak pernah bosan menunggu matahari. Mengharap hadirnya setalah jatah giliran jaga untuk bulan berakhir. Menantinya senantiasa dengan segala rasa dan cinta. Seringkali kita bercakap cakap dalam diam. Meminta hujan juga sesekali menemani kita, dan lahirlah pelangi.
Ya, pelangi...
Tempat kita biasa berjanji untuk bertemu. Tempat dimana kita memiliki dunia kita sendiri, yang dinamakan dunia tak bertuan. Tempat dimana yang ada hanya penghamburan rasa dan menjalani hari tanpa kekuatiran atas apapun. Matahariku menjadi begitu sejuk setiap pelangi menyambangi sinarnya. Tersenyum puas dengan keindahan yang nyata walaupun hanya sementara.
Maka, tetaplah bersinar. Menaungi bumi dan taman kecil kita yang indah. Tetaplah menjadi...matahariku.
17:50 – August 26, 2006


No comments:
Post a Comment