Entah kemana perginya semangat yang dulu pernah membuatku begitu merasa hidup. Mengutip perjalanan yang terlewati dengan tinta yang siap mencatat detilnya untuk dapat disimpan dalam memori hidup. Semangat yang menjadikan setiap hari penuh rasa, penuh gempita, dan sepertinya tak cukup ekspresi apapun yang dibuat. Mungkin memang bisa padam, seperti api lilin yang ditiup ketika aliran listrik sudah kembali, atau juga seperti debu yang tertiup angin, buyar tak berperi. Mungkin juga...Diri merasa menjadi begitu hampa, menjalankan semua yang ada di depan mata dengan satu rasa saja...hambar. Seperti ada sebuah ruang di dalam sana yang tidak juga dapat terisi dengan sempurna, menjadikan diri serasa timpang. Lembar lembar hidup yang dilewati hanya membias menjadi cerita hari ini, tanpa kesan mendalam yang seharusnya ada. Semua seperti hanya sekedar lewat, menapaki pagi dan menutup malam dengan rutin. Berharap sang ksatria berkuda putih datang dan membawaku pergi ke dunia mimpi juga rasanya terlalu belebihan. Yang tersisa hanya langkah kaki. Menapaki satu demi satu jalan waktu seiring dengan putaran jarum jam. Menguatkan diri agar tegak kepala dan meyakinkan hati supaya mata menatap lurus.
Sang malaikat berambut ikal pun seakan tak pernah cukup mengisi relung itu. Entah apalagi yang diminta diri kali ini. Tak pernah puas saja dengan apa yang dipunya, mungkin. Tidak pernah merasa cukup, bisa saja. Belakangan hanya menenggelamkan diri ke lautan kesibukan yang tidak juga sibuk. Mencari cari sisi yang tepat untuk merasakan semangat yang padam itu. Mengira ira formulasi yang cocok bagi diri untuk kembali ke sudut grafik tertinggi, ketika diri merasa begitu hidup. Tapi itu pun dulu hanya semu. Meninggalkan sisi gelap yang ingin ditinggalkan.
Saat saat seperti ini, ingin rasanya berada di lain tempat dimana bisa dirasakan kesempurnaan. Menjanjikan hati dengan semua keindahan yang bisa dijanjikan. Menikmati setiap waktu dengan rasa paling terasa. Dimana semangat akan hidup dapat dihirup dalam setiap tarikan nafas, dan dihembuskan menjadi bahan bakar untuk pemompa jiwa. Biarpun berbagai aral menghadang, dengan semangat seperti itu, apapun dapat dilewati. Sejak kapankah hidup dalam angan bisa menjadi begitu nyata dirasa? Dalam setiap aliran darah, dalam setiap senti permukaan kulit, dan bahkan dalam setiap kedipan mata.
Segelas mug kopi hitam terbuat sudah. Menemaniku mengarungi detik malam ini, berharap harap saja ada peri baik hati yang mau membawaku pergi jauh dari sini kemanapun. Ketempat sebelah hatiku saja, kalau boleh meminta...
22:33 – August 16, 2006

No comments:
Post a Comment