Perbedaan suku, warna kulit, keyakinan, pendidikan, atau apapun yang membedakan kita selalu bisa di lewati dengan cara yang indah. Karena menurut kita, semua perbedaan menjadi tidak berarti karena kita berbicara dalam sebuah bahasa hakiki yaitu bahasa hati. Dimana kita memandang apa yang kita punya sekarang memanglah tidak bisa dijangkau dengan hitungan logis tentang perbedaan. Kita hanya mengikuti kemana kaki kita melangkah, dan menuliskan apa yang terlewati dalam buku kenangan untuk suatu hari nanti dibuka lagi.
“You have no idea how wonderful it is to know you, fei…”
Ah, mengenalmu juga sama ajaibnya.
Hari ini cerah menaungi rumah kecil kita. Sejak kemarin terbagi kisah ceria yang menumbuhkan bunga bunga di taman hatiku. Membuatku tersenyum dalam kesendirian bahkan dalam tidur, dan pasti juga tak henti mencurahkan rindu yang terus bertumpuk. Seperti tidak bosan bosannya rindu itu datang mengunjungiku. Hari kedelapanbelas sudah hampir terlewati, membawaku satu hari lebih dekat dengan kembalimu. Hati seperti tak sabar, seperti ingin berlari saja ke hari itu. Mengharap harap walaupun tak pernah banyak, agar tidak terlalu kecewa jika tidak berjalan seperti yang kita inginkan, katamu. Ya…tapi sulit sekali untuk menghentikan semua rasa ini.
Terbayang sudah hadir fisikmu di depan mata. Mencoba menduga-duga bagaimana keadaanmu setelah berada di tengah hutan purba hampir selama satu purnama. Bertambah gelapkah kulit gelapmu itu? Bertambah besarkah lingkar pinggangmu karena santapan yang memanjakan disana? Ah, semua menjadi sangat tidak penting karena aku hanya rindu berada dalam nyaman lingkup lenganmu.
15:30 – August 3, 2006

3 comments:
betapa indahnya memandang kalian yang memandang perbedaan dengan bahasa hati
betapa indahnya memandang kalian yang memandang perbedaan dengan bahasa hati
Terjawab sudah tanya yang menyelimuti hati, dan perbedaan semakin kaya sebagai pelengkap keberadaan kita...
Post a Comment