
“Calm down, princess…” bisikmu sambil mengecup pipiku.
“How can you be so calm? You’re about going to a far away land. Tempat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dan entah akan ada apa disana…Obat sakit kepalanya tadi sudah belum ya?” ujarku bertambah panik.
Kamar itu dipenuhi harum bunga lili yang baru saja menjadi penghias kamar sejak sore tadi. Engkau mengajakku duduk di pangkuanmu. Memeluk pinggangku dan menceritakan tentang betapa tidak berartinya jarak untuk kita, betapa apa yang dipunya dalam hubungan hati melebihi jarak terjauh sekalipun. Menyejukkan kepalaku dengan kalimat kalimatmu yang membuatku sedikit tenang. Aku selalu begini, dalam situasi apapun, panik yang berlebihan terkadang menutup pikiranku berjalan jernih. Dan bersamamu aku seperti panas yang mendingin, seperti es yang mencair.
“Kita akan baik baik saja” ucapmu seperti biasa.
Aku memeluk pundakmu erat, merasakan rambutmu menggelitik telinga. Terakhir adalah kepergianmu ke Batam yang tidak begitu membuatku panik karena jaraknya yang masih tolerable dan waktu yang tidak lama. Aku terus meyakinkan diri setiap melepasmu pergi.
“Just come home soon please…”
Setelah badai kemarin, hati masih begitu berat melepasmu pergi jauh dariku. Rumah ini pasti sepi tanpa cerita yang tak pernah berhenti terbagi. Tanya pada diri sendiri juga tak pernah berhenti sejak kemarin, “Bagaimana rasanya ditinggal sebegini jauh olehmu?”. Ah, aku pasti bisa. Seperti kali sebelumnya. Kita akan baik baik saja.

No comments:
Post a Comment