Untuk seorang dengan penuh cinta.
Aku menjadi bisu. Dengan segala kegalauan hati yang menyelinap lewat mimpi yang sama dua malam kemarin. Seakan lewat mimpi aku memperoleh jawaban atas apa yang ditanyakan otak sadarku sepanjang hari. Mimpi yang memberikan penjelasan, atau kurang lebih uraian atas apa yang terjadi. Satu-satu kejadian terputar kembali. Kebersamaan yang begitu kental dirasa, ataupun sekedar candaan ringan yang terkadang terselip diantara percakapan, semua berpendar menyeruak kepala. Betapapun hati ingin, betapapun rasa memberontak, tapi logika cukup melakukan tugasnya. Mengawal ketat perlawanan layaknya junta militer di Burma. Rasanya aku cukup tahu diri. Tidak lagi meminta apa yang bukan lagi menjadi hakku. Tidak lagi bertanya tentang apa yang telah dibuat oleh diriku sendiri. Atau apa yang sedang terjadi disana. Dan seberapa besar efek kejadian yang telah kubuat diufuk hati yang jauh. Aku merasa tak pantas saja.
Instingku bilang, dan mimpiku juga bilang, bahwa aku telah menyebabkan kerusakan hati dengan menebar kecewa. Tapi mimpiku semalam bilang kalau ini memang perpisahan itu. Aku dibilang untuk selalu berhati-hati. Bahwa apa yang terjadi memang sudah digariskan untuk terjadi. Suka tidak suka, mau tidak mau, semua harus dijalani. Sebagaimana telah dipikir-pikir akan terjadi, maka dijalani saja. Hidup punya seribu rahasia yang tak seorang pun tahu. Belaian di rambut yang seperti begitu nyata memang benar dirasa. Menitipkan segala kisah pada lemari kenangan dan semua untaian cerita dirangkum pada episode penutup dengan sebuah pelukan yang erat. Dengan linangan air mata kesedihan karena perpisahan, sekaligus kebesaran hati dan kehangatan sebuah pelukan yang diberikan dengan tulus, kepada seorang yang begitu berarti dan tinggal di sebuah ruang hati. Maka aku pun terbangun, menyeka air mata yang ternyata memang nyata, menatap hari ini dengan kerelaan hati, kepasrahan diri, dan juga ucapan syukur, atas seorang yang begitu luar biasa pernah hadir dalam hidup, yang kisahnya takkan pernah lekang dimakan waktu.
Hanya begitu banyak harap tertitip lewat hembusan angin kotaku, sebuah kecupan di pipi, dan ucapan terima kasih tak terhingga.
No comments:
Post a Comment