
“I don’t belong here. I want to be with you, fei…”
Akhir minggu indah itu ternyata juga membawa sedih yang luar biasa. Pengingkaran atas kesempurnaan dengan kenyataan yang kontradiktif. Semua tumpang tindih. Membuat hati yang gundah bertambah biru. Kuatkah lewati semua ini? Sampai kapankah? Tak akan ada jawabnya, katamu kemarin. Ya, mungkin tidak ada jawabnya.
Seringkali aku menjadi tidak sabar. Menghendaki jawab atas apa yang memang tidak bermulai dari kepastian. Berjalan di titian dengan semua konsekuensi yang mungkin akan terjadi, terkadang menjadikan diri begitu egois untuk mempunyai apa yang tidak dipunyai. Untuk mencari jawab atas tanya yang menggulung bagai badai. Seberapa hampa pun dirasa, sepertinya tidaklah pantas untuk mencari kepastian dari apa yang dimiliki sekarang.
“Seperti ada yang sakit sekali setiap rasa ini datang. Aku rindu menjadi telingamu buatmu, aku rindu menjadi tempatmu bermanja. Aku selalu merasa bahagia sebahagia bahagianya setiap bersamamu. Menjadi diriku seutuhnya, tanpa tuntutan atas apapun…”
Sepanjang hari ini, aku merasa begitu hampa. Seperti debu yang tertiup angin di angkasa luas. Satu hari lagi berlalu, hampa ini masih begitu tebal menggerayangi. Mencoba mencari, meraba, dan merasa bagaimana bentuk hatimu dengan semua kamuflase yang sekuat tenaga dilakukan disana. Melawan apa yang diinginkan hati dengan segenap logika tentang tanggung jawab. Maka, berjalanlah di jalanmu. Akan sekuat tenaga dan hati pasti aku mendampingimu. Menggenggam jemarimu ketika engkau kehilangan keyakinan. Menjagamu setiap engkau jatuh. Dan memelukmu setiap penat menghampiri. I’ll always be around…
17:30 – August 10, 2006

No comments:
Post a Comment